Sunday, May 13, 2012

Bergerak atau Mati



 “Jangan terlalu capek, nanti sakit…”
“Istirahat saja dulu, dilanjut nanti juga bisa…”
Kalimat-kalimat inilah yang beberapa pekan terakhir diperdengarkan oleh penghuni pondok; di sektor-sektor, di rayon, di lapangan, di kelas, di kantor. Bukan tanpa sebab, tentunya. Karena virus-yang-entah-apa-namanya masih dalam posisi siaga, menyugesti setiap orang bahwa mereka siap menumbangkan siapapun yang remehkannya.
Namun salah ketika virus tadi -dan juga ‘virus’ dengan bentuk lainnya- dipergunakan sebagai dalih untuk menjadi seorang paranoid, takut jatuh sakit ketika bergerak terlalu banyak, takut tidak punya tenaga untuk beraktifitas di hari selanjutnya. Bukan sakit, jenuh atau lelahnya yang harus dikhawatirkan, karena justru ketika tidak melakukan apapun itulah yang mengerikan, sebab ketika itu manusia mati.
Karena mati adalah keadaan di mana manusia kehilangan eksistensi, kehabisan daya untuk aktualisasikan diri, menyerah dalam mempertahankan idealisme, dan memilih untuk diam . Karena itu berarti ia merelakan dirinya tergilas oleh waktu yang terus menerus bergerak dinamis, terinjak oleh kemajuan zaman dan akhirnya tersingkirkan dicap tidak berguna.
مَنْ لَمْ يَقُمْ ِلأَدَاءِ وَاجِبِهِ نَحْوَ وَطَنِهِ وَدِيْنِهِ حَذَرًا مِنَ التَّعَبِ أَوِ اْلمَوْتِ فَلَيْسَ بِأَهْلٍ ِلأَنْ يَعِيْشَ ِلأَنَّ اْلمَوْتَ آتٍ لاَبُدَّ مِنْهُ وَلَكِنَّ النَّفْسَ الشَّرِيْفَةَ لاَ تَمُوْتُ.
Betapa terkadang kita lupa, bahwa tubuh dan ruh yang kita punya ini hanya titipan. Ini milik-Nya yang dipinjamkan kepada manusia agar menjadi sarana memperjuangkan nilai-nilai keTuhanan, membela agama-Nya bahkan dengan nyawa sebagai taruhan. Dan kalaupun akhirnya kematian itu datang, toh bukan berarti manusia mati. Karena jasanya akan tetap hidup, dikenang dan dijadikan panutan.
                A brief contemplation; 12.16 am. Thursday on December 16, 2010.

No comments:

Post a Comment